Blogroll

Rabu, 28 Maret 2012

Negara, BBM, dan Rakyat


bimbang, risau, bingung, bahkan panik........
itulah yang dirasakan sebagian masyarakan Indonesia saat ini..
Bagaiman tidak, harga BBM sebentar lagi akan naik....
kita tinggal menghitung hari sambil menunggu ketukan palu sidang DPR yang akan dilaksanakan pada tanggal 1 April mendatang.

mungkin kita semuatau ketika harga BBM Naik maka akan mepengaruhi semua sendi-sendi kehidupan.harga bahan pokok sudah pasti akan melambung, transportasi dan yang lainnya...
yah.... sudah pasti menambah penderitaan, PHK akan terjadi dimana-mana dan menambah angka pengangguran. biaya pendidikan akan meningkat dan resiko putus sekolah akan dihadapi bagi rakyart jelata.
kesimpulannya menambah masyarakat yang berada dibawah garis kemapanan....

lalu dimana Pancasila yang menjadi ideologi bangsa ini??
mana kemanusiaan yang adil dan beradab??
dan kemana keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia??

Ironis,,,, Pemerintah yang seharusnya mensejahterakan rakyat malah menjepit dan melilit...
buat apa ada pemerintah kalau hidup terus-terusan susah??
dengan dalih menyelamatkan ekonomi nasional pemerintah seenaknya mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan bagaiman dan apa yang akan terjadi pada rakyat.

hataa rajasa selaku Menteri Kordinator Bidang Perekonomian menatakan 
"Karena itu bagian dari tugas pemerintah adalah menjelaskan kepada kawan-kawan yang demo. Inilah program pemerintah sebenarnya baik dalam rangka menyelamatkan perekonomian nasional. Dalam rangka kita menjaga momentum pertumbuhan sekaligus juga melindungi masyarakat kita yang lemah, terkena dampak dengan bantuan-bantuan langsung, memberikan
beasiswa, termasuk juga transportasi dan sebagainya,"
(dikutip http://www.tribunnews.com/2012/03/17/hatta-rajasa-kenaikan-harga-bbm-selamatkan-ekonomi-nasional)
apakah ada yang bisa menjamin hal ini??
tahun 2005 dan 2008 kasus yang sama terjadi dengan dalih yang sama dan menawarkan solusi yang sama.

bahkan mahasiswa, rakyat yng melakukan demonstrasi, menolak kenaikan BBM tidakl sama sekali dihiraukan bahkan tidak jarang terjadi tindakan kekerasan kepada pada pendemo oleh aprat.

lalu kenapa bukan gaji Presiden, gaji mentri, dan DPR yang dikurangi untuk menutupi kekurang APBN.

Negara yang seharusnya mensejahterakan rakyat, kini tak mampu melaksanakan tugasnya.wakil rakyat yang duduk di kantor DPR tidak lag mewakili rakyat, namun menjadi wakil untuk dirinya sendiri dan partainya...

Selasa, 27 Maret 2012

Sekedar Celoteh


Kondisi kampus hari ini sangat jauh berbeda dari apa yang sering diceritakan para pendahulu atau orang-orang yang lebih dulu merasakan manis pahitnya menjadi mahasiswa dan telah meninggalkan aktivitasnya sebagai mahasiswa yang menyandang gelar Sarjana. Ada budaya yang kemudian hilang dalam dunia mahasiswa. Budaya baca, budaya tutur (diskusi) dan budaya tulis yang digantikan dengan aktivitas yang cenderung hedonis dan entertaint.
Mahasiswa seakan ikut arus perkembangn teknologi dan tidak berusaha untuk keluar. Fasilitas yang disediakan kampus menjadikan sebagan mahasiswa menjadi apatis dan hedonis. Dengan adanya jaringan internet menjadikan mahasiswa malas membaca buku. Terkadang tugas yang diberikan oleh dosen diselesaikan dengan copy paste.
Diskusi yang dulunya hampir kita temui disetiap sudut-sudut kampus berubah menjadi sekumpulan mahasiswa yang sibuk dengan laptop masing-masing. Dan kecenderungan mahasiswa ketika mengakses jaringan internet adalah membuka akun Facebook atau twitter, mengeluh dan berrcerita tentang kehidupan pribadi mereka. Budaya diskusi pun hilang.
Disinilah peran lembaga kemahasiswaan. Memediasi mahasiswa dan membuka ruang yang memungkinkan budaya baca, budaya diskusi dan budaya tulis bias kembali menjadi tradisi. Namun beberapa lembaga kemahasiswaan pun ikut arus, dan mengadakan kegiatan yang cenderung hedonis dan entertaint.
Di tambah lagi Kurangnya perhatian birokrasi terhadap lembaga kemahasiswaan menjadikan lembaga seakan menjadi pelengkap struktural semata. Keterlambatan dana untuk lembaga menghambat kegiatan-kegiata yang akan diaadakan.
Sebuah pertanyaan akan muncul dari realitas yang terjadi. Apakah kampus yang tidak memberikan ruang pengembangan intelektual bagi mahasiswa atau mahasiswa yang memang apatis?

FOTOGRAFI DAN BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA


Saya tidak akan menjelaskan fotografi secara detail. penjelasan lebih lengkap tentang fotografi bias anda dapat dari berbagai sumber. Melalui buku atau diinternet bermacam-macam pendapat tentang fotografi dari para ahli. Namun menurut saya fotografi bukan sekedar merekam atau mengabadikan suatu momen, tapi bagaimana gambar yang kita hasilkan melalui kamera memiliki cerita yang ingin kita sampaikan.

Teknologi yang tak kenal batas semakin memudahkan masyarakat untuk belajar dan menguasai kamera tanpa harus sekolah fotografi atau kursus sejenis. Kemajuan teknologi memang memacu fotografi secara sangat cepat. Sejak ditemukannya computer dunia fotografi mengalami perkembangan yang cukup pesat dan hampir tidak terbendung lagi. Inovasi-inovasi dilakukan oleh produsen untuk memproduksi kamera dan perlengkapannya seperti lensa mnenjadi lebih lengkap dengan fitur-fitur yang memudahkan para penggunanya dan tentunya lebihterjangkau. Saat ini, siapa pun dapat mempelajari pemakaian kamera digital. Dengan budget antara 5 hingga 8 juta rupiah, kita sudah dapat membeli kamera digital jenis SLR berkualitas bagus. Saya sendiri memiliki kamera jenis canon.

Munculnya jejaring social seperti facebook memjadikan orang lebh tertarik dengan dunia fotografi. Berlomba-lombalah mereka terjun ke dunia fotografi, bahkan tidak sedikit yang mencoba menekuninya. kursus, membeli kamera berkualitas serta lensa yang bermacam-macam, hunting foto. unjuk kualitas hasil fotonya melalui jejaring sosial, lihatlah foto baru yang diunggah ke facebook tiap harinya. dari foto pemandangan sampai foto yang menempelkan telunjuk di depan bibir. kegiatan ini tentu adalah kegiatan yang positif karena dunia fotografi memacu kita untuk mengeluarkan daya imajinasi dan kreativitas kita. Mengeksplore ide-ideyang baru dan belum pernah ada.

Tapi jangan sampai ini hanya jadi budaya masyarakat Indonesia yang suka ikut-ikutan ketika ada sesuatu yang booming, si A beli kamera SLR, lalu si B ikut-ikutan minta uang kepada orangtuanya (semoga orangtua si B mampu). Begitu seterusnya si C punya SLR dibawah ke sekolah, kekampus ke mall atau kemanasaja meneteng SLRnya. tapi sebenarnya selalu pake mode auto. janganlah kamera yg mahal dijadikan semacam tuntutan pergaulan. seseorang akan dianggap gaul jika telah menenteng SLR kemana-mana. Syukur-syukur jika kita memang menekuni dunia fotografi dengan serius, membeli kamera yang bagus, dan memperoleh penghasilan dari fotografi. ini baru jempol.

kalo cuma sebatas hobby, mulailah dari yang murah. jangan menyusahkan orang tua kita. toh gambar yang diambil dari kamera digital atau kamera handphone bisa diedit lagi dan hasilnya tidak mengecewakan. tapi memang tidak bisa dipungkiri, ketika kita akan mengambil foto dengan kamera digital atau handphone, lalu disebelah kita ada sesorang yang mengintip dari balik lensa apalagi yang 'moncong panjang', kita akan otomatis memasukan kamera atau handphone kita ke dalam saku. semacam tindakan alam bawah sadar.

jadi mengungkapkan seni foto tak mesti latah dan memakai kamera yang mahal. tenang saja, seni punya mata-mata tersendiri yang menanggapnya bagus. tak perlu ikut-ikutan, setiap orang punya aliran sendiri dalam menciptakan karya fotonya. itulah ciri khas yang membuatnya akan dikenal.

Senin, 03 Januari 2011

history of photography



Sejarah fotografi tidak akan lepas dari penemuan kamera dan film. Dengan penemuan film, kita dapat mereproduksi gambar, dan proses pencahayaan film tersebut terjadi di dalam kamera. Menurut sejarah, prinsip kerja kamera telah ditemukan sejak zaman Aristoteles, bahkan mungkin sebelumnya. Aristoteles mengadakan percobaannya dengan merentangkan kulit yang diberi lubang kecil, digelar di atas tanah dan diberi antara untuk menangkap bayangan matahari. Sehingga cahaya dapat menembus dan memantul di atas tanah dan gerhana matahari dapat diamati. Kemudian penemuan kamera obscura ditemukan oleh Leonardo da Vinci, sorang pelukis dan ilmuwan. Kamera obscura berupa sebuah kamar gelap yang diberi lubang kecil di salah satu sisinya, sehingga seberkas cahaya dapat masuk dan membuat bayangan dari benda-benda yang ada di depannya.

Pada mulanya kamera ini tidak begitu diminati, karena cahaya yang masuk amat sedikit, sehingga bayangan yang terbentuk pun samar-samar. Penggunaannya terutama masih untuk menggambar benda-benda yang ada di depan kamera. Penggunaan kamera ini baru populer setelah ditemukannya lensa pada tahun 1550. Dengan lensa pada kamera ini, maka cahaya yang masuk ke kamera dapat diperbanyak, dan gambar dapat dipusatkan, sehingga menggambar menjadi lebih sempurna.
Tahun 1575, kamera portable yang pertama baru dibuat, dan penemuan kamera ini untuk menggambar makin praktis. Baru tahun 1680 lahir kamera refleks pertama, namun penggunaannya masih untuk menggambar, karena bahan baku untuk mengabadikan benda-benda yang berada di depan lensa selain dengan menggambar masih belum ditemukan. Jadi, pada zaman tersebut, kamera masih dipakai untuk mempermudah dalam menggambar. Dimana hasil dari kamera tersebut masih belum dapat direproduksi, karena belum ditemukannya film negatif. Sejarah penemuan film dimulai ketika orang berusaha untuk dapat mengabadikan benda yang berada di depan kamera, sudah mulai berkembang sejak abad ke-19, dengan adanya penemuan penting oleh Joseph Niepce, seorang veteran Perancis. Ia bereksperimen dengan menggunakan Aspal Bitumen Judea. Dengan pencahayaan 8 jam, ia berhasil mengabadikan benda yang berada di depan lensa kameranya menjadi sebuah gambar pada plat yang telah dilapisi bahan kimia tersebut. Namun melalui percobaaan ini masih belum dapat membuat duplikat gambar Percobaan demi percobaan telah dilakukan untuk menemukan bahan pembuat duplikat gambar, tetapi tetap gagal. Sampai akhirnya Sir Henry Talbott menemukan Callotype dari bahan kertas yang gambar-gambarnya berupa gambar negatif dan dapat direproduksi. Tapi penemuan ini kurang diminati, karena hasilnya kurang tajam. Kemudian lahirlah Collodion, bahan baku fotografi yang diperkenalkan oleh Frederick Scott Archer, dengan menggunakan kaca sebagai bahan dasarnya. Proses ini adalah proses basah. Bahan kimia tersebut dilapiskan ke kaca, kemudian langsung dipasang pada kamera obscura, dan gambar yang dihasilkan lebih baik. Cara ini banyak dipakai untuk memotret di seluruh Eropa dan Amerika, sampai ditemukannya bahan gelatin dan ditemukannya bahan kimia yang dapat digunakan untuk proses kering.
Tahun 1895, George Eastman membuat film gulung (roll film) dengan bahan gelatin, yang dipakai untuk memotret (mengabadikan citra alam) sampai sekarang. Penemuan-penemuan tersebut di atas telah mempermudah kita dalam mengabadikan benda-benda yang berada di depan lensa dan mereproduksinya, sehingga para fotografer, baik amatir maupun profesional dapat menghasilkan suatu karya seni tinggi, tanpa perlu terhalang oleh keterbatasan teknologi.